SWC

12 Apr '18

Waktu menunjukkan jam 10 pagi. Aku pun bergegas mandi setelah menyiapkan seluruh perbekalan. Tak terasa waktu menunjukkan jam 10 lewat 20 menit. Segera aku bergegas menuju sekolah dengan seluruh perbekalan yang telah ku siapkan. Sesampainya di sekolah, aku beserta seluruh peserta diberi pengarahan sebelum berangkat. Setelah melalui sesi makan siang dan pelepasan, kami pun berangkat jam 1 siang ke Cikajang, Garut. Perjalanan memakan waktu tempuh sekitar 3 jam perjalanan.

Setibanya kami di lokasi, kami pun disebar ke tiap-tiap rumah yang telah disediakan. Aku bersama Adhit ditempatkan di rumah Pa Yadi. Rumahnya tepat di belakang masjid. Sambutan yang hangat dari keluarga Pa Yadi membuatku merasa sangat nyaman berada di sini. Kami pun berbincang sembari menunggu sang fajar terbenam.

Malamnya, kami menyantap makan malam yang telah kami siapkan. Telur ceplok dan sayur tahu menjadi menu utamanya. Kami semua pun menikmati hidangannya. Setelah itu, kani membagi tugas untuk esok hari. Aku akan berkeliling untuk berjualan bubur bersama Pa Yadi. Sementara, Adhit bersama istri Pa Yadi akan berjualan seblak. Kami pun lanjut berbincang tentang pertanian yang ternyata beliau ini juga memiliki kebun wortel.

13 Apr '18

Jam 2 pagi, aku terbangun. Sengaja memang untuk membantu Pa Yadi membuat bubur. Aku memiliki pengalaman baru seperti membuat bubur, meracik bumbu, memikul gerobak, dan lain-lain. Selesai sudah membuat bubur jam 5 pagi. Setelah itu, aku sarapan bubur yang telah kubuat sebelumnya dan kami pun bergegas untuk berjualan jam 6 pagi.

Aku dan bapa berjalan menyusuri kampung untuk berjualan. 2-3 kampung terlewati. Dagangan pun habis. Walaupun harus melewati jalan setapak yang terjal, berliku, dan curam. Memang, usaha keras tak akan mengkhianati hasil. Kami pun kembali ke rumah jam 9 pagi.

Setelah itu, aku membantu ibu memasak. Menu kami kali ini adalah sayur sup beserta sosis dan nugget. Setelah itu, aku bergegas mandi dan bersiap diri untuk Shalat Jum'at.

Siangnya, aku bersama teman angkatanku bersiap untuk menyelenggarakan lomba. Banyak sekali anak-anak yang antusias mengikuti lomba. Lombanya pun beragam. Seperti balap karung, tarik tambang, egrang batok, makan kerupuk, bakiak, dan sendok kelereng. Sekalipun mereka terjatuh, raut gembira masih bersemayam di wajah mereka yang suci. Semua terlihat bahagia.

Malamnya, aku datang ke syukuran di rumah Pa Tarman. Setelah itu, aku pulang dan me-nina bobo-kan anak bapa yang insomnia. Lalu aku pun tertidur.

14 Apr '18

Seperti hari sebelumnya, aku terbangun jam 2 pagi. Namun karena saking lelahnya, aku pun kembali tertidur sampai jam 4 pagi. Langsung ku membasuh muka dan langsung membantu bapa dan ibu menyiapkan bubur. Setelah itu, aku Shalat Shubuh.

Pagi ini, aku bertukar shift dengan Adhit. Aku membantu ibu berjualan sementara Adhit membantu bapa dagang bubur. Ku awali pagiku dengan menjemur jemuran ibu. Dilanjut dengan mengasuh anak-anaknya yang masih balita. Ku bawa mereka berkeliling kampung sembari menikmati suara lembu yang mengindikasikan bahwa sudah waktunya ia diberi makan. Lalu, membantu ibu menjual seblak dan jajanan lainnya. Aku diajarkan oleh ibu cara membuat tahu isi aci atau orang daerah sana menyebutnya Tareng. Aku teringat bahwa aku memiliki sekaleng kornet di rumah. Ku bawa kornet itu sebagai bahan tambahan untuk membuat Tareng. Ternyata enak juga bila ditambahkan kornet. Terlintas di benakku untuk menaikkan harga makanan itu, hehe. Aku juga dibantu oleh anak ibu yang paling besar. Namanya Risti. Ia perempuan SMK kelas 1 jurusan manajemen perkantoran.

Segelas cincau diberikan oleh Risti kepada ku. Sedikit melepas dahaga dikala lelah. Tak lama kemudian, Adhit dan bapa pun tiba. Istirahat sejenak, lalu melanjutkan kegiatan ke kebun wortel untuk membersihkan lahan bersama-sama.

Siang pun tiba, kami pun pulang. Waktu istitahat pun ku gunakan untuk menulis diary ini sementara Adhit dan bapa tertidur. Aku berkunjung ke rumah Arafi dan Reza untuk menulis diary bersama-sama. Selepas menulis diary, aku bersama teman-temanku pergi ke pinggiran danau untuk sekedar nongkrong. Alunan gitar pun menemani senja yang kami nikmati di pinggir danau kecil ini.

Tak terasa hari ini adalah hari terakhir kami disini. Besok, kami akan pulang kembali ke Bandung untuk melanjutkan kehidupan yang monoton ini. Aku bisa saja tinggal disini 2 bulan lamanya jika pihak sekolah memberi kebebasan untuk aku disini. Namun sayangnya, hal itu sukar terjadi. Aku masih belum siap jika harus pulang keesokan harinya. Tempat ini layaknya rumahku. Tempat dimana aku menemukan kebahagiaan, perlindungan, dan kehangatan. Namun apa daya, dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan. Aku janji, aku akan kesana lagi untuk berkunjung dan menikmati hari. Kapan? Entahlah, tapi pasti aku akan kesana.

Komentar

Posting Komentar