MGI 4001 Bandung-Cileungsi

           Sejenak ku terdiam ketika bus ini berhenti di suatu halte. Kulepas sejenak earphone ini untuk memperhatikan situasi yang ada. Kulihat beberapa penumpang memasuki bus yang aku tumpangi. Ku lihat seorang perempuan muda memandang ke arah ku seakan ada yang akan ia dekati. Dan benar, dia berjalan ke arahku dan menanyakan apakah bangku di sebelahku ini terpakai atau tidak. Sontak aku langsung menaruh tasku di bawah kakiku dan mempersilahkan perempuan ini duduk tepat di sebelahku. Tak lama setelah ia duduk, bus kembali melaju dan aku kembali menggunakan earphoneku.

            Tak lama setelah bus melaju, aku merasa ada yang menyentuhku. Dan benar saja, ternyata perempuan ini tidak sengaja menyentuh bagian pinggangku dan seketika meminta maaf padaku. Aku tak terlalu mempermasalahkan itu karena menurutku itu hal yang wajar ketika menaiki angkutan umum. Tak lama kemudian, ia menjulurkan tangannya kepadaku ketika earphoneku masih berada di telingaku. Ku lepas earphoneku dan merespon uluran tangannya. Perempuan itu bernama Amel. Rambutnya yang dikuncir ke belakang dengan jaket parka camo bersepatu converse putih itu seakan-akan menyambut perkenalan ini. Dan ternyata, Amel ini juga merupakan pelajar yang bersekolah di Bandung, sama sepertiku. Namun bedanya, dia bersekolah di daerah Kopo sementara aku bersekolah di daerah Kiaracondong. Kami pun kembali ke kesibukannya masing-masing.

            Amel memanggilku dan menanyakan apakah aku memiliki powerbank atau tidak. Lalu, kuberikan powerbank yang aku bawa ke Amel untuk ia gunakan. Kami pun mulai berbincang setelah kejadian itu. Di sepanjang jalan, kami berbincang dari hal yang penting seperti pelajaran sampai ke perbincangan yang tidak terlalu penting seperti mengapa tupai tidak bertelur layaknya angsa. Bisa dibilang perbincangan kita ini bisa terdengar sampai ruang supir saking antusiasnya kami berbincang. Setelah hampir 2 jam berbincang akan hal yang di luar akal sehat, ia mengecek handphonenya dan tak lama setelah itu ia tertidur dengan keadaan menggenggam pouch pinknya. Sebelumnya, ia memintaku untuk membangunkannya saat bus berhenti di rest area. Aku pun kembali menggunakan earphoneku.

            Bus pun berhenti di suatu rest area. Aku pun membangunkan Amel yang kurasa sedang tertidur lelap. Dengan matanya yang masih sayup, ia pun terbangun. Ia memintaku untuk menemaninya ke toilet. Aku pun mengiyakan karena kebetulan aku pun ingin ke toilet juga. Kami berdua pun pergi ke toilet umum. Ia pun keluar dari toilenya ketika aku keluar terlebih dahulu dari toiletku. Ia pun mengajakku untuk singgah ke mini market terlebih dahulu sebelum kembali ke bus. Aku pun kembali mengiyakan ajakannya. Panas terik matahari tak menghambat ambisi kami untuk pergi ke mini market. Sesampainya di sana, kami pun membeli kopi dengan rasa yang sama, yaitu Caffe Latte. Secara kebetulan, aku dan Amel memiliki selera yang sama tentang kopi. Kami bisa saja tertinggal bus jika kami tidak lari mengejar busnya. Dewi fortuna rasanya masih berada di pihakku ketika busnya dapat aku berhentikan. Kami pun menaiki bus dengan keringat yang bercucuran.

           Kami pun kembali duduk dan semua penumpang pandangannya tertuju kepada kami. Aneh rasanya ketika seisi bus melihat kami dengan pandangan yang aneh, namun tak kami hiraukan. Aku memang sering bertemu dengan orang baru di angkutan umum. Namun, baru kali ini aku menemukan orang seperti Amel yang baru saja kenal sudah bisa akrab seperti ini. Mungkin karena ia kelelahan setelah mengejar bus, akhirnya ia pun tertidur. Aku pun kembali menggunakan earphoneku. Tak kusangka, kepala Amel perlahan bersandar di bahuku. Aku pun merasa tidak enak, tapi tidak enak juga jika aku membangunkan Amel dari tidurnya yang lelap. Ya sudah, ku biarkan Amel bersandar di bahuku sembari aku mendengarkan lagu lewat earphone.

           Tak terasa bus ini pun tiba di Terminal Leuwi Panjang. Aku pun menbangunkan Amel dari tidurnya untuk bergegas turun dari bus. Amel pun bangun dan bergegas untuk turun dari bus. Aku pun membantu membawakan tas ranselnya. Aku mengantar Amel sampai ke taksi yang sudah ia pesan. Setelah aku membantu Amel memasukkan barang bawaannya ke bagasi taksi, Amel pun mengembalikan powerbank yang ia pinjam. Akhirnya, aku pun mengucapkan selamat tinggal pada Amel. Ia pun melambaikan tangannya sembari melakukan kiss bye padaku. Aku pun segera menemui temanku yang telah menjemput di mini market dekat terminal. Baru ku berjalan beberapa langkah, Amel memanggilku. Aku pun menoleh ke arah Amel yang ternyata sedang berlari ke arahku. Tak kusangka, Amel langsung memelukku dan sepertinya Amel keberatan jika aku pergi. Aku pun membalas pelukannya yang hangat. Dan akhirnya, kami pun benar-benar berpisah untuk melanjutkan kesibukannya masing-masing. Dia memandangku dengan penuh perhatian sembari aku berjalan menuju mini market. Yah, kurasa ini yang dinamakan kebahagiaan sesaat. Seakan-akan, tuhan memberiku sedikit hiburan dikala aku sedang berada dalam masa labilku. Masa dimana aku merasa bahwa hidup terkadang harus memiliki rasa yang baru dan rasa baru itu telah aku dapatkan di sepanjang perjalanan ini. Jika tuhan mengizinkanku bertemu dengan Amel di lain waktu, bukan tidak mungkin jika aku akan mengajaknya untuk merasakan kebahagiaan apa yang kurasakan saat ini. Terima kasih, tuhan. Terima kasih, Amel yang kutemui di bus. Semoga kita dapat bertemu lagi di waktu yang takkan pernah direncanakan.


*Btw, ni cerita 70% fiksi dan 20% angan serta 10% real life. Ya intinya mah cuma realita yang diangan-angankan oleh si penulis. Dibawa sans aja, haha. See ya!

Komentar

  1. Awwww, you''re a writer, Javad! Jadikan ini project-1.
    Bisakah kamu kembangkan ini jadi cerita yang lebih detail -- tentang bagaimana pandanganmu tentang masa labil itu seperti apa?
    Apa yang harus kamu lakukan ketika ternyata dalam perjalanan berikutnya kamu ketemu Amel lagi? Atau ada gadis lain yang kamu temui?

    BalasHapus
  2. OK, Amel. Terima kasih sudah membuatnya senang karena ditemani di dalam bus :-)

    BalasHapus

Posting Komentar